Guncangan Ekonomi Global: Tarif AS Picu Pelemahan Pasar, Ancaman Resesi Menguat

Jakarta – Gelombang kebijakan proteksionis Amerika Serikat (AS) memicu kekacauan di pasar keuangan global. Keputusan Washington memberlakukan tarif impor besar-besaran awal bulan ini disebut-sebut sebagai perubahan paling drastis dalam sistem perdagangan dunia sejak 77 tahun terakhir.
Dalam tempo 48 jam setelah pengumuman, Indeks saham Wall Street kolaps, menghapus US$5,4 triliun kapitalisasi pasar, Bursa efek Asia berguguran, dipimpin Hong Kong dan Tokyo, Harga minyak mentah dunia terjun bebas ke level terendah sejak 2020, Goldman Sachs meningkatkan probabilitas resesi AS menjadi 45%, IMF mengeluarkan peringatan resmi tentang risiko stagflasi global.
Data terbaru menunjukkan, Rata-rata tarif AS melonjak vertikal dari 2,5% menjadi 22,5%, China mendapat pukulan paling keras dengan tarif kumulatif 145%, Beijing langsung membalas dengan skema retaliatory tariffs.
”Kebijakan ini ibarat memakan buah simalakama. Tak ada pemenang, hanya pecundang,” tegas Dr. Robert Cheng, ekonom perdagangan dari Peterson Institute for International Economics.
Respons Beragam Negara Uni Eropa menahan diri dari pembalasan langsung, mempercepat negosiasi FTA dengan India, dan siapkan paket stimulus €200 miliar.
ASEAN gelar pertemuan darurat menteri keuangan, pertimbangkan skema pembayaran lokal (LCS), perkuat kerja sama dengan RCEP.
Kanada berlakukan tarif 25% untuk 300 produk AS, alokasikan CAD $1,8 miliar untuk bantuan industri terdampak.
Bank Sentral Eropa dikabarkan akan memangkas suku bunga 25 basis poin bulan depan. Sementara The Fed masih terbelah antara mengendalikan inflasi dan menyelamatkan pertumbuhan.
Analis memprediksi 740.000 lapangan kerja AS terancam hilang, negara berkembang alami capital flight besar-besaran, reputasi AS sebagai pemimpin ekonomi global terus terkikis.
“Kebijakan tarif ini merupakan blunder strategis. Alih-alih melindungi industri domestik, justru memicu inflasi global dan merusak rantai pasok,” papar Prof. Linda Lim, pakar ekonomi politik dari University of Michigan.
Data Pendukung, World Trade Organization (WTO), Bank for International Settlements (BIS), Laporan Triwulanan IMF World Economic Outlook.