Sepi Setelah Ramai: Warisan Sunyi di Rumah Sang Guru Ngaji

Kamis, 17 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kota Serang – Di sudut sunyi Lingkungan Kebon Sawo Lor, Kota Serang, berdiri sebuah rumah tua yang nyaris roboh. Dindingnya retak, atapnya bocor, dan catnya mengelupas digerus waktu. Rumah itu milik almarhum KH. Nunung Nuryaman, seorang guru ngaji kharismatik yang semasa hidupnya disegani. Tapi kini, warisannya bukan kemuliaan, melainkan kesunyian.

KH. Nunung dikenal luas. Muridnya datang dari berbagai penjuru – dari kampung-kampung pelosok hingga kota. Banyak di antara mereka yang kini sukses, bahkan menjadi pejabat dan tokoh masyarakat. Namun, begitu sang kiai menghembuskan napas terakhir, rumah itu perlahan dilupakan. Tak ada lagi tapak kaki tamu yang datang mengaji atau minta doa. Bahkan untuk sekadar menjenguk keluarganya pun, nyaris tak ada.

“Waktu beliau masih hidup, banyak pejabat datang ke sini. Minta doa, minta wejangan. Tapi sekarang? Sepi. Tidak ada satu pun yang datang bantu atau sekadar lihat keadaan keluarganya,” ujar seorang tetangga, dengan nada getir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kini, keluarga KH. Nunung hidup dalam keterbatasan. Rumah yang dulu jadi tempat tumpuan ilmu dan harapan kini menjadi simbol kealpaan sosial. Pemerintah Kota Serang pun belum terlihat turun tangan. Tak ada program perbaikan rumah, tak ada perhatian, apalagi penghargaan untuk jasa seorang guru ngaji.

Yang masih bertahan dan berjuang adalah para santri muda, yang setia pada gurunya meski telah tiada. Mereka yang tinggal di sekitar Kota Serang bahu-membahu membantu keluarga KH. Nunung, meski hanya dapat membantu membawakan makanan, membelikan kebutuhan pokok, bahkan membersihkan rumah yang nyaris rubuh itu.

“Ini bentuk bakti kami. Meskipun beliau sudah wafat, kami nggak mau meninggalkan keluarganya begitu saja,” tutur Arif, salah satu santri muda yang kini rutin membantu.

Kisah ini bukan sekadar tentang rumah yang rusak. Ini tentang nilai yang hilang! tentang bagaimana masyarakat, termasuk pemerintah, seringkali cepat melupakan jasa orang-orang yang telah mengabdi tanpa pamrih.

KH. Nunung telah memberi banyak, tapi yang ia tinggalkan hanyalah sunyi. Rumah yang runtuh pelan-pelan, seperti ingatan kita akan kebaikannya.

Berita Terkait

Bupati Dewi Setiani: Pandeglang Komitmen Wujudkan SPPG untuk Atasi Masalah Gizi dan Stunting
SDN 4 Kota Karang Sabet 12 Piala di Ajang FLS2N, Pentas PAI, dan O2SN Kecamatan Teluk Betung Timur
Walikota Blitar Kunjungi Lokasi Genangan Air Wilayah Kelurahan Tanjungsari
Jelang SPMB 2025 Anggota DPRD Makassar Kunjungi UPT SPF SMPN 18
Aliran Kali Angke Tersumbat, Wakil Wali Kota Tangsel Terobos Tumpukan Sampah
SPPG Lanud Husein Sastranegara Distribusikan 6.900 Lebih Paket Makanan Bergizi Setiap Hari
Pedagang di Demak Ditangkap Usai Ancam Petugas Satpol PP dengan Sabit
Peduli Perekonomian Masyarakat, Satgas Yonif 715/Mtl Borong Hasil Bumi Mama Papua

Berita Terkait

Kamis, 15 Mei 2025 - 09:48

Bupati Dewi Setiani: Pandeglang Komitmen Wujudkan SPPG untuk Atasi Masalah Gizi dan Stunting

Rabu, 14 Mei 2025 - 23:28

SDN 4 Kota Karang Sabet 12 Piala di Ajang FLS2N, Pentas PAI, dan O2SN Kecamatan Teluk Betung Timur

Rabu, 14 Mei 2025 - 21:29

Jelang SPMB 2025 Anggota DPRD Makassar Kunjungi UPT SPF SMPN 18

Rabu, 14 Mei 2025 - 19:28

Aliran Kali Angke Tersumbat, Wakil Wali Kota Tangsel Terobos Tumpukan Sampah

Rabu, 14 Mei 2025 - 18:06

SPPG Lanud Husein Sastranegara Distribusikan 6.900 Lebih Paket Makanan Bergizi Setiap Hari

Rabu, 14 Mei 2025 - 14:16

Pedagang di Demak Ditangkap Usai Ancam Petugas Satpol PP dengan Sabit

Rabu, 14 Mei 2025 - 13:38

Peduli Perekonomian Masyarakat, Satgas Yonif 715/Mtl Borong Hasil Bumi Mama Papua

Rabu, 14 Mei 2025 - 08:53

Penuh Kekeluargaan, Warga Siapkan Makan Siang Untuk Satgas TMMD Ke-124 Kodim 1501/Ternate

Berita Terbaru