Warga Leuwi Limus Keluhkan Bau Menyengat, Pabrik Janji Perbaikan dan Evaluasi

SERANG,– Warga Desa Leuwi Limus, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, mengeluhkan bau menyengat yang diduga berasal dari dua pabrik pengolahan bahan tembaga di wilayah tersebut. Bau yang muncul sejak sepekan terakhir ini dilaporkan mengganggu kesehatan warga, menyebabkan pusing, mual, hingga gangguan tidur, terutama di malam hari.
“Hampir setiap hari bau menyengat ini muncul, terutama malam hari. Anak-anak saya sampai tidak bisa tidur, kepala pusing, muntah-muntah, tenggorokan sakit, semuanya terasa mual,” kata Eki, salah satu warga setempat, Kamis (16/1/2025).
Eki juga menambahkan bahwa bau tersebut menyerupai campuran bau got dan logam terbakar. Ia mengaku masalah ini sudah berlangsung lama, namun belum ada langkah signifikan dari pihak terkait. “Seolah-olah pemerintah tutup mata dan telinga,” ujarnya.
Eki juga khawatir dengan kesehatan anaknya yang memiliki penyakit paru-paru. “Anak saya semakin drop saat mencium bau menyengat itu. Kami berharap udara di sini kembali bersih seperti dulu,” harapnya.
Keluhan warga mendorong mereka mendatangi Kantor Pemerintah Desa Leuwi Limus untuk meminta penjelasan langsung dari pihak perusahaan. Kepala Sekolah Dasar Sumur Hejo, Asmin Supriyono, yang juga hadir dalam pertemuan tersebut, menyampaikan dampak bau menyengat terhadap proses belajar-mengajar.
“Pada 6-9 Januari kemarin, bau ini sangat mengganggu pembelajaran di sekolah. Anak-anak merasa tidak nyaman, guru-guru juga pusing dan mual. Kami bersyukur ada kesepakatan bersama dengan perusahaan untuk mengatasi masalah ini,” ujar Asmin.
Ia menambahkan bahwa pihak sekolah khawatir dengan dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak-anak akibat pencemaran udara ini. “Kami berharap ke depan tidak ada lagi gangguan seperti ini,” katanya.
Asep M. Taufik, Manajer Operasional PT Advance Smelting Technology, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan uji emisi sesuai regulasi pemerintah, dengan hasil masih di bawah ambang batas. Namun, ia mengakui adanya kebocoran halus yang menyebabkan bau menyengat, akibat korosi pada fasilitas produksi.
“Kami baru menerima keluhan warga pada 29 Desember 2024. Setelah dicek, ternyata ada kebocoran akibat korosi. Kami memutuskan untuk menghentikan operasi selama satu bulan ke depan untuk perbaikan,” jelas Asep.
Ia juga berkomitmen untuk melibatkan pihak desa, kecamatan, dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dalam proses verifikasi lebih lanjut.
Sementara itu, Neni Heriyani, perwakilan PT Xiang Wang Indonesia, yang berbagi lokasi dengan PT Advance Smelting Technology, menyatakan bahwa bau merupakan konsekuensi dari proses produksi bahan kimia.
“Kami tidak saling menyalahkan. Produksi memang menghasilkan bau, tapi kami akan berupaya untuk mengurangi dampaknya. Tadi juga ada permintaan pengobatan gratis dari warga, dan kami akan mencoba mengadakannya,” kata Neni.
Ia menambahkan bahwa semua perizinan perusahaan telah lengkap dan sesuai regulasi. Namun, Neni mengaku tidak membawa dokumen tersebut saat pertemuan dan meminta warga mengonfirmasi langsung kepada pimpinan perusahaan.