JAKARTA – Dunia usaha nasional tengah menghadapi tekanan besar, mulai dari pelemahan ekonomi domestik, ketidakpastian kebijakan, hingga gejolak eksternal. Namun, di tengah situasi ini, pelaku usaha tetap menunjukkan optimisme.

Isu tersebut menjadi sorotan utama Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) jelang Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional (Rakerkonas) ke-34 yang akan digelar pada 4–6 Agustus 2025 di Bandung, Jawa Barat. Rakerkonas tahun ini mengusung tema “Dengan Semangat Indonesia Incorporated Menuju Indonesia Emas 2045.”

Ketua Umum APINDO, Shinta W. Kamdani, menilai kondisi dunia usaha saat ini tidak mudah. Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I 2025 hanya 4,87%, sementara konsumsi rumah tangga sebagai motor utama ekonomi hanya tumbuh 4,89%.

“Belanja pemerintah justru mengalami kontraksi, dan sektor riil juga terus tertekan. PMI manufaktur yang bertahan di bawah 50 selama tiga bulan berturut-turut menunjukkan kondisi kontraksi masih berlanjut,” tegas Shinta.

Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 8% per tahun. Menurut Shinta, lompatan besar melalui reformasi struktural, peningkatan kualitas SDM, deregulasi nyata, dan ekosistem usaha yang adil harus segera dilakukan.

Selain faktor domestik, dunia usaha juga menghadapi tantangan global seperti ketegangan geopolitik, perang tarif, fluktuasi harga energi, hingga gangguan rantai pasok.

Namun, ada sinyal positif. Realisasi investasi pada triwulan II 2025 mencapai Rp477,7 triliun, naik dari triwulan I sebesar Rp465,2 triliun. Sepanjang semester I 2025, total investasi mencapai Rp942,9 triliun atau 49,5% dari target tahunan, menciptakan lebih dari 1,2 juta lapangan kerja baru.

“Sebaran investasi yang merata antara Jawa (49,5%) dan luar Jawa (50,5%) menunjukkan geliat ekonomi tidak hanya terpusat di wilayah tertentu,” kata Shinta.

Rakerkonas Sebagai Forum Strategis

Rakerkonas ke-34 akan menjadi ajang konsolidasi dunia usaha pusat dan daerah, sekaligus forum dialog solutif dengan pemerintah.

“Dunia usaha tidak bisa hanya menjadi penonton. Kita harus menjadi mitra aktif pemerintah untuk menjawab tantangan nasional,” ujar Shinta.

APINDO juga mengapresiasi langkah diplomasi ekonomi pemerintah, termasuk kesepakatan bersama Amerika Serikat dalam Framework for Agreement on Reciprocal Trade yang menurunkan risiko lonjakan tarif ekspor dan memperkuat kepercayaan investor.

Selain itu, APINDO mendorong percepatan perundingan IEU-CEPA, akses pasar ke RCEP, CPTPP, BRICS+, dan penguatan peran ekspor daerah.

Untuk mencegah gelombang PHK dan menjaga daya saing industri, APINDO mengusulkan berbagai kebijakan dukungan, di antaranya Insentif fiskal seperti pembebasan PPN jasa subkontrak dan bahan baku, percepatan restitusi PPN dan penghapusan bea masuk bahan baku, perluasan PPh 21 Ditanggung Pemerintah, serta akses pembiayaan yang inklusif, dan stimulus tenaga kerja dan energi, termasuk subsidi iuran BPJS, diskon listrik, subsidi gas, dan pengembangan PLTS atap.

“Industri padat karya berada di persimpangan jalan. Tanpa dukungan, kita bisa kehilangan sektor penyerap tenaga kerja terbesar,” tegas Shinta.

Sebagai tuan rumah Rakerkonas, Anthony Hilman, Ketua Bidang Organisasi & Ketua SC Rakerkonas APINDO ke-34, menegaskan pentingnya menyuarakan aspirasi pengusaha daerah.

“Di daerah, tantangan nyata seperti biaya logistik tinggi, perizinan yang belum sederhana, hingga praktik premanisme harus direspons dengan kebijakan nyata,” ujarnya.

Rakerkonas ini akan dihadiri pengurus APINDO se-Indonesia, tokoh nasional, serta menteri-menteri ekonomi strategis. Dalam forum tersebut, akan digelar Dialog Ekonomi yang mempertemukan pelaku usaha dengan para pakar dan pejabat pemerintah untuk merumuskan langkah konkret menghadapi tantangan global.

“Rakerkonas ke-34 bukan sekadar pertemuan organisasi, tetapi panggung besar untuk membangun semangat Indonesia Incorporated—kolaborasi aktif dunia usaha dan pemerintah menuju Indonesia Emas 2045,” pungkas Shinta.